MAKALAH RISET
OPERASI
Analytical Hierarchy Process dan Expert Choice
dalam Bidang Teknik Sipil

Dosen : Asri Wulan
Disusun Oleh :
Nama :Mohamad Alfidhansyah
NPM :14315253
Kelas : 2TA03
Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Universitas
Gunadarma
Jalan Margonda Raya no.100 Pondok
Cina, Depok 16426, Jawa Barat Telp. (021) 7888112/786378
Kata
Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas
rahmat dan karunianya sehingg makalah dengan judul “Analytical
Hierarchy Process dengan Penerapannya dalam Bidang Teknik Sipil” dapat
diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Sosial Dasar.
Selain itu makalah ini juga dibuat untuk memberikan pemahaman kepada mahasisawa
tentang masalah masalah sosial yang ada.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang arti dari metode AHP
dan untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam
mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal. Dan semoga
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Depok, 20 Maret 2017
Penulis,
Mohamad Alfidhansyah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa
ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang
pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi
metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup
berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions
Support System). Dalam teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan
merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system informasi dan sistem
cerdas.
Sistem
pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi, hal ini dikarenakan
adanya era globalisasi, yang menuntut sebuah perusahaan untuk bergerak cepat
dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang
diberikan oleh metode AHP (Analytical Hierarcy Process) dalam membantu
membuat keputusan, seorang decision maker dapat mengambil keputusan
tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan multi kriteria
yang ditetapkan.
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi, baik itu besi siku,
plat, pipa, H-beam, dan lainnya, berbentuk segi tiga, segi empat atau hanya
berupa pipa panjang (tongkat) menjulang ke langit, yang bertujuan untuk
menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi
dan informasi. Tower BTS (Base Transceiver Station) adalah menara
yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informatika yang menjembatani
perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain.. Tower BTS
komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia
dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil
sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya. Tugas
Makalah ini membahas bagaimana pemilihan lokaasi pembangunan tower BTS dapat
ditentukan berdasarkan metoda Analytic Hierarchy Process (AHP).
1.
Apa yang dimaksud dengan AHP?
2.
Apa saja prinsip-prinsip dasar AHP?
3.
Bagaimana cara menggunakan metode AHP?
4.
Apa fungsi dari AHP dalam bidang Teknik Sipil?
Tujuan
dari penulisan ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari metode AHP dan
untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam
mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal
BAB II
PEMBAHASAN
AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang
sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut
tersebut secara matematik
dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara
keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk
mengambil keputusan dengan efektif dari persoalan yang kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini
dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numeric pada pertimbangan subjektif
tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Muslim, 2011).
Berikut ini merupakan gambar struktur hirarki:
Gambar 2.1 Struktur Hirarki AHP
(Muslim, 2011)
A. Prinsip-Prinsip Dasar AHP
Metode AHP ini membantu
memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria,
pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan
kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat. (Saaty, 1993).
Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena
adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada
sub- sub kriteria
yang paling mendetail. Memperhitungkan
validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria
dan
alternatif
yang
dipilih
oleh
para
pengambil keputusan.
Karena
menggunakan input persepsi manusia, model
AHP ini dapat mengolah data yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif
dan multi-
kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan
keputusan yang komperehensif.
Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis.
Proses Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip
pokok, yaitu :
1)
Penyusunan
Hirarki
Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah
untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub
elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki
keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian (expert)
dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.
2)
Penentuan
Prioritas
Prioritas dari elemen-elemen kriteria
dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan
pengambilan keputusan. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para
pakar dan pihak-pihak yang kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara
langsung (diskusi, wawancara) maupun tidak langsung (kuesioner).
3)
Konsistensi
Logis
Konsistensi jawaban responden dalam
menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan
validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian
yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau
sama dengan 10%. Jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah
dilakukan
C. Langkah- Langkah Menggunakan AHP
Adapun
langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP diantaranya :
1)
Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Penyusunan hirarki yaitu menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara
keseluruhan pada level teratas.
2)
Menetapkan Prioritas Elemen
Ø Langkah
pertama dalam menentukan prioritas elemen yaitu dengan membuat perbandingan
berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang
diberikan.
Ø Matriks
perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan
kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen lainnya.
Ø Nilai
dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan saaty bisa diukur
menggunakan tabel analisis Menurut Kusrini (2007) seperti ditunjukkan pada
tabel berikut:
Intensitas Kepentingan
|
Keterangan
|
1
|
Kedua elemen
sama pentingnya
|
3
|
Elemen yang
satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
|
5
|
Elemen yang
satu lebih penting dari pada elemen lainnya
|
7
|
Satu elemen
jelas lebih penting daripada elemen lainnya
|
9
|
Satu elemen
mutlak penting daripada elemen lainnya
|
2,4,6,8
|
Nilai-nilai
antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
|
kebalikan
|
Jika elemen i
mendapat nilai 3 dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j memiliki nilai
kebalikannya atau 1/3 dari i
|
3)
Sintesis
Memperoleh
prioritas secara keseluruhan akan memerlukan
pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan perlu
disintesis. Dalam langkah ini, hal-hal yang dilakukan adalah :
Ø Menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
Ø Membagi
setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh
normalisasi matriks
Ø Menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapatkan nilai rata-rata
4) Mengukur
Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, tingkat
konsistensi penting untuk diperhatikan karena kita tidak menginginkan keputusan
berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan
dalam langkah ini adalah:
Ø Mengalikan
setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai
pada elemen kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
Ø Jumlahkan
setiap baris
Ø Hasil
dari penjumlahan baris dibagi elemen prioritas relatif yang bersangkutan
Ø Jumlahkan
hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada hasilnya disebut l
maks.
5) Hitung
Consistensy Indeks (CI)
Rumus
: CI=
Dimana
: n : banyaknya elemen
6) Hitung
Concistency Rasio (CR)
Rumus:
CR = 
Dimana:
CR : Consistency Rasio
CI :
Consistency Index
IR : Index Random Consistency
7) Memeriksa
Consistency Hirarki.
Jika
nilainya lebih dari 100%, maka penilaian data judgemen harus diperbaiki. Namun
jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil
perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Index random Consistency bisa dilihat
pada tabel berikut :
Tabel
2.2 Daftar Index random Consistency
Ukuran Matrix
|
Nilai IR
|
1,2
|
0,00
|
3
|
0,58
|
4
|
0,90
|
5
|
1,12
|
6
|
1,24
|
7
|
1,32
|
8
|
1,41
|
9
|
1,45
|
10
|
1,49
|
11
|
1,51
|
12
|
1,48
|
13
|
1,56
|
14
|
1,57
|
15
|
1,59
|
AHP dilakukan dengan memanfaatkan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons).Pengambilan keputusan dimulai dengan
membuat layout dari keseluruhan hirarki keputusannya. Hirarki tersebut
menunjukkan faktor-faktor yang ditimbang serta sebagai alternatif yang ada.
Kemudian sejumlah perbandingan berpasangan dilakukan untuk mendapatkan
penetapan nilai faktor dan evaluasinya. Sebelum penetapan dilakukan, terlebih
dahulu ditentukan kelayakan hasil nilai faktor yang didapat dengan mengukur
tingkat konsistensinya. Pada akhir alternatif dengan jumlah nilai tertinggi
dipilih sebagai alternatif terbaik
D. Contoh Penerapan Dalam Bidang
Teknik Sipil
1)
Rancangan Penelitian
Adapun
kerangka pemikiran yang melandasi konseptual dalam penelitian ini berdasarkan
dokumentasi, pengamatan dari hasil kajian pustaka secara teori dan fakta yang
bermanfaat sebagai alur pemikiran sistim analisis keputusan dalam
pemilihan konstruksi perkerasan jalan.
2)
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian untuk metode Analitychal Hierarchy Process
(AHP) ini dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan teknik
sipil,yang diambil dari Kepala Dinas, Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat
Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan yang
mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal menentukan
Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan, penentuan
dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Pemilihan responden Pejabat
Eselon didasarkan atas beberapa hal, yaitu :
Ø Responden yang mengerti dan
pengalaman tentang permasalahan teknis perencanaan konstruksi perkerasan jalan.
Ø Responden yang mengerti atau paham
mengenai kondisi Jalan di Kabupaten Lamongan.
Ø Responden yang berpengaruh pada
kebijakan untuk menentukan jenis konstruksi perkerasan jalan di Kabupaten
Lamongan
3)
Kerangka Konseptual
Pemilihan
jenis konstruksi perkerasan jalan harus selalu memperhatikan kompleksitas
kriteria-kriteria dan pilihan alternatif-alternatif konstruksi jalan yang akan
diterapkan pada perencanaan. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan semakin
rumitnya persoalan yang harus dikaji dan diselesaikan terkait dengan pemilihan
jenis konstruksi perkerasan jalan.
Dalam
kondisi demikian,solusi yang ideal dapat diperoleh dengan melakukan kajian
antar kriteria untuk mendapatkan tujuan terbaik yang masih diterima oleh
pengambilan keputusan(decision maker). Untuk itu diperlukan suatu
strategi dan prosedur yang sistimatis untuk analisis dan evaluasi berbagai
alternatif penyelesaian persoalan yang mungkin dapat ditempuh.
Proses
pengambilan keputusan merupakan proses penyelesain masalah terkait dengan upaya
pemilihan beberapa alternative pada cakupan pertimbangan criteria yang
kompleks.Proses ini dimulai dengan identifikasi persoalan secara runtut.
Selanjutnya adalah menetapkan kategori dan melakukan kuantifikasi tujuan yang
ingin dicapai. Tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan langkah atau
tindakan untuk memperoleh penyelesaian persoalan.
Salah satu
metode dalam pengambilan keputusan adalah analytical hierarchy process yang
disingkat AHP.Metode AHP ini berperan dalam menstrukturkan kriteria
-kriteria yang ada untuk suatu masalah pengambilan keputusan dengan banyak
kriteria. Pengambilan keputusan perlu menentukan tingkat kepentingan antara
kriteria-kriteria yang ada dengan memban-dingkan semua kombinasi kriteria yang
mungkin. Selanjutnya disusun suatu matrik hubungan relatif nilai kepentingan
dari kriteria-kriteria yang ada. Selanjutnya urutan prioritas/rangking dari
kriteria dapat disusun dengan mencari eigenvektor matrik tersebut.
Tiap alternatif
diuji konsekuensi- konsekuensi (outcomes) yang ditimbulkan kemudian
dinilai dengan masing-masing kriteria. Sehingga tiap alternatif mempunyai nilai
untuk semua kriteria. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan bobot
kriteria tersebut dari hasil analisis eigen vektormatriks hubungan
relatif nilai kepentingan diatas. Jumlah nilai setelah perkalian ini adalah
nilai akhir alternatif tindakan tersebut. Pengambilan keputusan selanjutnya
memilih alternatif tindakan yang paling tinggi nilainya.
a) Kriteria-kriteria
Pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan
Adapun
kriteria-kriteria yang diguna-kan sebagai bahan pertimbangan pengam-bilan
keputusan ini merupakan hasil dari observasi, interview/wawancara
langsung dengan pihak Kepala Dinas, Pejabat Eselon III, dan Pejabat Eselon IV,
maupun staf teknis di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan, adalah
sebagai berikut:
Ø Kriteria Kompetensi Penyedia Jasa/
Kontraktor
Ø Kriteria Jenis material alam yang
akan digunakan sebagai material konstruksi jalan
Ø Kriteria Kemampuan Dana Anggaran/
Biaya Pemerintah Daerah Kab. Lamongan;
Ø Kriteria Methode Pelaksanaan
Ø Kriteria Pengendalian dan Pengawasan
Ø Kriteria Pasca Pelaksanaan
konstruksi
b)
Alternatif-Alternatif jenis
konstruksi perkerasan jalan
Berikut ini adalah alternatif-alternatif jenis konstruksi perkerasan jalan
yang dapat dipilih oleh pengambil keputusan dan kebijakan yang dapat
diterapkan di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan.
Ø Konstruksi Laston - Agregat A -
Agregat B;
Ø Konstruksi Laston - Deltu+ Semen(Soil
Cement);
Ø Konstruksi Beton(CBC) - Deltu;
Ø Konstruksi Laston - Agregat B -
Geotextile;
Ø Konstruksi Laston - Deltu+
Semen(Soil Cement) - Geotextile;
Sedangkan untuk perhitungan biaya
menggunakan Panduan analisa harga satuan No.008/BM/2008 oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga.
4)
Pembuatan Struktur Hierarki Model AHP
Tingkat
/hirarki pemilihan jenis konstruksi adalah ukuran kualitatif untuk
menentukan pilihan terbaik alternatif konstruksi jalan berdasarkan pertimbangan
kriteria-kriteria yang ada di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan
Tujuan akhir
desain pengambilan keputusan dan kebijakan adalah ingin menghasilkan keputusan
yang terbaik dalam hal pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan dari para pengambilan keputusan dan kebijakan di
Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan.
5)
Analisis Hasil Penelitian dan
Pembahasan
a. Pembobotan
Berpasangan (Pairwise Comparison)
Bobot
masing-masing level kriteria didapat dari kuesioner yang diisi oleh responden
yang memiliki latar belakang pendidikan teknis sipil dan berpengalaman dibidangnya,
terdiri dari :Kepala Dinas PU. Kab. Lamongan , Pejabat Teknis Eselon III, dan
Pejabat Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan
yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal
menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan,
penentuan dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Jumlah
responden sebanyak 7 responden. Nilai yang dipakai dalam pembobotan berpasangan
ini adalah nilai rata-rata geometri responden yang dibulatkan keatas.Sebagai
contoh perhitungan, perbandingan berpasangan matriks pada level kriteria yang
didapatkan dari hasil survei adalah skala nilai perbandingan berpasangan
berdasarkan goal sebagai berikut: Jika nilai elemen yang dibandingkan
sangatdekat satu sama lain, penggunaan skala 1.1, 1.2 hingga 1.9 dapat
digunakan.
Tabel 2.3
Contoh Matrix Perbandingan Pasangan Hasil Survei
Goal
|
Kompetensi kontraktor
|
Material pondasi
|
Biaya
|
Metode Kerja
|
Pengawasan
|
Pasca konstruksi
|
Kompetensi kontraktor
|
1
|
9
|
9
|
7
|
7
|
9
|
Material pondasi
|
1/9
|
1
|
1
|
1/2
|
1/3
|
2
|
Biaya
|
1/9
|
1
|
1
|
2
|
1/3
|
3
|
Metode Kerja
|
1/7
|
2
|
½
|
1
|
1
|
4
|
Pengawasan
|
1/7
|
3
|
3
|
1
|
1
|
2
|
Pasca konstruksi
|
1/9
|
1/2
|
1/3
|
¼
|
½
|
1
|
Jumlah
|
1,61
|
16,50
|
14,83
|
11,75.
|
10,16
|
21,00
|
Jumlah pertanyaan perbandingan
berpasangan adalah n(n-1)/2 karena saling berbalikan dan diagonalnya selalu
bernilai satu. Responden yang jawabannya tertera pada tabel 4.1 menyatakan
bahwa faktor-faktor untuk memilih kompetensi kontraktor sangat penting
dibandingkan Jenis pondasi(base course)
Kepentingan
relatif dari tiap faktor dari setiap baris dari matrik dapat dinyatakan sebagai
bobot relatif yang dinormalkan (normalized relative weight). Bobot
relatif yang dinormalkan ini merupakan suatu bobot nilai relatif
untuk masing-masing faktor pada setiap kolom, dengan membandingkan
masing-masing nilai skala dengan jumlah kolomnya. Eigenvektor utama yang
dinormalkan (normalized principaleigen vector) adalah identik dengan
menormalkan kolom-kolom dalam matrix perbandingan berpasangan. Ini merupakan
bobot nilai rata-rata secara keseluruhan, yang diperoleh dari rata-rata bobot
relatif yang dinormalkan masing-masing faktor pada setiap barisnya.Sebagai
contoh, bobot relatif yang dinormalkan dari faktor kompetensi kontraktor
terhadap biaya dalam tabel 4.1 adalah 9/14,83=0.606, sedangkan bobot relatif
yang dinormalkan untuk faktor metode kerja terhadap pengawasan dan pengendalian
adalah 1/10,16 =0,098. Tabel 4.2 merupakan hasil perhitungan bobot relatif yang
dinormalkan dari contoh tabel 4.1. Eigen vektor utama yang tertera pada
kolom terakhir tabel 4.2 didapat dengan merata rata bobot relatif yang
dinormalkan pada setiap baris.
Tabel 2.4 Contoh Bobot Relatif dan Eigen Vektor Utama
dari Level kriteria
Goal
|
Kompetensi kontraktor
|
Material pondasi
|
Biaya
|
Metode Kerja
|
Penga-wasan
|
Pasca
kon-struk-si
|
Eigen-vector Utama
|
Kompetensi
kontraktor
|
0,617
|
0,545
|
0,0674
|
0,5957
|
0,6885
|
0,4286
|
0,5804
|
Material
pondasi
|
0,068
|
0,0606
|
0,0674
|
0,0426
|
0,328
|
0,0952
|
0,0612
|
Biaya
|
0,068
|
0,0606
|
0,0337
|
0,1702
|
0,0328
|
0,1429
|
0,0904
|
Metode
Kerja
|
0,0882
|
0,1212
|
0,2022
|
0,0851
|
0,0984
|
0,1905
|
0,1028
|
Pengawasan
|
0,0882
|
0,1818
|
0,0225
|
0,0851
|
0,0984
|
0,0952
|
0,1252
|
Pasca
konstruksi
|
0,068
|
0,0303
|
0,0225
|
0,0213
|
0,0492
|
0,0478
|
0,0399
|
Jumlah
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
1,000
|
Eigenvektor utama merupakan bobot rasio dari
masing-masing faktor. Pada contoh di tabel 4.2,responden tersebut menilai
faktor kompetensi kontraktor sebagai faktor utama, pengawasan,metode
kerja,biaya,material alam dan pasca konstruksi. Baginya, faktor kompetensi
kontraktor adalah 58,04/9,04 = 6,419 kali lebih penting dari factor biaya, dan
faktor metode kerja 10,28/3,99 =2,576 kali lebih penting dari pasca konstruksi.
c)
Konsistensi AHP
Jika aij
mewakili derajat kepentingan faktor terhadap faktor j dan ajk menyatakan
kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi
konsisten, kepentingan dari faktor i terhadap faktor k harussama dengan aij.ajk
atau jika aij.ajk = aik untuksemua i,j,k maka matrix tersebut konsisten.
Permasalahan didalam pengukuran pendapat manusia, konsistensi tidak dapat
dipaksakan. Jika A>B (misalnya 2 > 1) dan C>B (misalnya3>1), tidak
dapat dipaksakan bahwa C>A denganangka 6>1 meskipun hal itu konsisten.
Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama
lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensi jawaban yang
diberikan responden.Namun, terlalu banyak ketidakkonsistensi juga tidak
diinginkan. Pengulangan wawancara padasejumlah responden yang sama
kadang diperlukan apabila derajat tidak konsistennya besar. Saat telah
membuktikan bahwa indekkonsistensi dari matrik berordo n dapat diperoleh dengan
rumus
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
AHP merupakan metode
untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam
mengambil keputusan serta menentukan pilihan yang terbaik untuk mencapai hasil
yang maksimal
B. Saran
Dalam
menentukan suatu komponen dari bidang teknik sipil yang meliputi alat dan
bahan, pekerja dan yang lainya perlu diperhitungkan dan ditentukan pilihan
terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai atau maksimal, dan dalam menentukan
itu semua perlu dipahamin pembelajaran
mengenai AHP
DAFTAR
PUSTAKA
Kusrini. (2007). Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis
Data. Yogyakarta: Andi Offset
