Rabu, 22 Maret 2017

Analytical Hierarchy Process and Expert Choice Bidang Teknik Sipil



MAKALAH RISET OPERASI
Analytical Hierarchy Process dan Expert Choice
  dalam Bidang Teknik Sipil

LOGO GUNDAR.jpg
Dosen : Asri Wulan

Disusun Oleh :

Nama    :Mohamad Alfidhansyah
NPM     :14315253
Kelas     : 2TA03

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya no.100 Pondok Cina, Depok 16426, Jawa Barat               Telp.  (021) 7888112/786378





Kata Pengantar
                                                                                                     
Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas rahmat dan karunianya sehingg makalah dengan judul “Analytical Hierarchy Process dengan Penerapannya dalam Bidang Teknik Sipil” dapat diselesaikan dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
Makalah  ini dibuat untuk memenuhi tugas Sosial Dasar.  Selain itu makalah ini juga dibuat untuk memberikan pemahaman kepada mahasisawa tentang masalah masalah sosial yang ada.
Semoga dengan dibuatnya makalah  ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan  tentang arti dari metode AHP dan untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal. Dan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Depok, 20 Maret 2017
Penulis,


Mohamad Alfidhansyah








BAB I
PENDAHULUAN

          A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Dalam teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya diantara system informasi dan sistem cerdas.
Sistem pengambilan keputusan juga membutuhkan teknologi informasi, hal ini dikarenakan adanya era globalisasi, yang menuntut sebuah perusahaan untuk bergerak cepat dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan oleh metode AHP (Analytical Hierarcy Process) dalam membantu membuat keputusan, seorang decision maker dapat mengambil keputusan tentang pemilihan supplier secara objektif berdasarkan multi kriteria yang ditetapkan.
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi, baik itu besi siku, plat, pipa, H-beam, dan lainnya, berbentuk segi tiga, segi empat atau hanya berupa pipa panjang (tongkat) menjulang ke langit, yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi.  Tower BTS (Base Transceiver Station) adalah menara yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dan informatika yang menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain.. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya. Tugas Makalah ini membahas bagaimana pemilihan lokaasi pembangunan tower BTS dapat ditentukan berdasarkan metoda Analytic Hierarchy Process (AHP).



     B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  AHP?
2.      Apa saja prinsip-prinsip dasar AHP?
3.      Bagaimana cara menggunakan metode AHP?
4.      Apa fungsi dari AHP dalam bidang Teknik Sipil?

     C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memberi pengetahuan tentang arti dari metode AHP dan untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal






















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian AHP (Analytical Hierarcy Process)
AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif dari persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numeric pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Muslim, 2011). Berikut ini merupakan gambar struktur hirarki:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgamiriLqvM4EdQzhq5_c3HrFUz8r6rjL4E53xz9AqGrtwkBLzhbVDXubpatW_TQcY68-WxNnYrhC56_tOUu4OTO0F-GAZ-NPmTmXkFrsGrBrcLUdsXSnoaPRTad3_C5XFmPxu9dHISGKUe/s640/ahp.png
Gambar 2.1 Struktur Hirarki AHP  (Muslim, 2011)



     A.  Prinsip-Prinsip Dasar AHP
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993).
Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub- sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi  inkonsistensi  berbagai  kriteria  dan  alternatif  yang  dipilih  oleh  para pengambil keputusan.
Karena menggunakan input persepsi manusia, model AHP ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi- kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif.
Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Proses Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu :
1)      Penyusunan Hirarki
Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian (expert) dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.
2)      Penentuan Prioritas
Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik secara langsung (diskusi, wawancara) maupun tidak langsung (kuesioner).
3)      Konsistensi Logis
Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Menurut Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10%. Jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan

         C.  Langkah- Langkah Menggunakan AHP
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP diantaranya :
1)      Mendefinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki yaitu menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2)      Menetapkan Prioritas Elemen
Ø  Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen yaitu dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.
Ø  Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen lainnya.
Ø  Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan saaty bisa diukur menggunakan tabel analisis Menurut Kusrini (2007) seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1  Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas Kepentingan
Keterangan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
kebalikan
Jika elemen i mendapat nilai 3 dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j memiliki nilai kebalikannya atau 1/3 dari i

3)      Sintesis
Memperoleh prioritas secara keseluruhan akan memerlukan  pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan perlu disintesis. Dalam langkah ini, hal-hal yang dilakukan adalah :
Ø  Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks
Ø  Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks
Ø  Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata

4)      Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, tingkat konsistensi penting untuk diperhatikan karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
Ø  Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada elemen kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
Ø  Jumlahkan setiap baris
Ø  Hasil dari penjumlahan baris dibagi elemen prioritas relatif yang bersangkutan
Ø  Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada hasilnya disebut l  maks.

5)      Hitung Consistensy Indeks (CI)
Rumus : CI=  
Dimana :    n : banyaknya elemen

6)      Hitung Concistency Rasio (CR)
Rumus: 
CR =
Dimana:      CR : Consistency Rasio
             CI  : Consistency Index
              IR : Index Random Consistency

7)      Memeriksa Consistency Hirarki.
Jika nilainya lebih dari 100%, maka penilaian data judgemen harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar Index random Consistency bisa dilihat pada tabel berikut :



Tabel 2.2 Daftar Index random Consistency
Ukuran Matrix
Nilai IR
1,2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59



AHP dilakukan dengan memanfaatkan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).Pengambilan keputusan dimulai dengan membuat layout dari keseluruhan hirarki keputusannya. Hirarki tersebut menunjukkan faktor-faktor yang ditimbang serta sebagai alternatif yang ada. Kemudian sejumlah perbandingan berpasangan dilakukan untuk mendapatkan penetapan nilai faktor dan evaluasinya. Sebelum penetapan dilakukan, terlebih dahulu ditentukan kelayakan hasil nilai faktor yang didapat dengan mengukur tingkat konsistensinya. Pada akhir alternatif dengan jumlah nilai tertinggi dipilih sebagai alternatif terbaik






         D. Contoh Penerapan Dalam Bidang Teknik Sipil

1)      Rancangan Penelitian
Adapun kerangka pemikiran yang melandasi konseptual dalam penelitian ini berdasarkan dokumentasi, pengamatan dari hasil kajian pustaka secara teori dan fakta yang bermanfaat sebagai alur pemikiran sistim analisis keputusan  dalam pemilihan konstruksi perkerasan jalan.

2)      Subyek Penelitian
Subyek penelitian  untuk  metode Analitychal Hierarchy Process  (AHP) ini dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan teknik sipil,yang diambil dari Kepala Dinas, Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat Teknis Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan, penentuan  dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Pemilihan responden Pejabat Eselon didasarkan atas beberapa hal, yaitu :
Ø  Responden yang mengerti  dan pengalaman tentang permasalahan teknis perencanaan konstruksi perkerasan jalan.
Ø  Responden yang mengerti atau paham mengenai kondisi Jalan di Kabupaten Lamongan.
Ø  Responden yang berpengaruh pada kebijakan untuk menentukan jenis konstruksi perkerasan jalan di  Kabupaten Lamongan
3)      Kerangka Konseptual
Pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan harus selalu memperhatikan kompleksitas kriteria-kriteria dan pilihan alternatif-alternatif konstruksi jalan yang akan diterapkan pada perencanaan. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan semakin rumitnya persoalan yang harus dikaji dan diselesaikan terkait dengan pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan.

Dalam kondisi demikian,solusi yang ideal dapat diperoleh dengan melakukan kajian antar kriteria untuk mendapatkan tujuan terbaik yang masih diterima oleh pengambilan keputusan(decision maker). Untuk itu diperlukan suatu strategi dan prosedur yang sistimatis untuk analisis dan evaluasi berbagai alternatif penyelesaian persoalan yang mungkin dapat ditempuh.

Proses pengambilan keputusan merupakan proses penyelesain masalah terkait dengan upaya pemilihan beberapa alternative pada cakupan pertimbangan criteria yang kompleks.Proses ini dimulai dengan identifikasi persoalan secara runtut. Selanjutnya adalah menetapkan kategori dan melakukan kuantifikasi tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan langkah atau tindakan untuk memperoleh penyelesaian persoalan.

Salah satu metode dalam pengambilan keputusan adalah analytical hierarchy process yang disingkat AHP.Metode AHP ini berperan dalam  menstrukturkan kriteria -kriteria yang ada untuk suatu masalah pengambilan keputusan dengan banyak kriteria. Pengambilan keputusan perlu menentukan tingkat kepentingan antara kriteria-kriteria yang ada dengan memban-dingkan semua kombinasi kriteria yang mungkin. Selanjutnya disusun suatu matrik hubungan relatif nilai kepentingan dari kriteria-kriteria yang ada. Selanjutnya urutan prioritas/rangking dari kriteria dapat disusun dengan mencari eigenvektor matrik tersebut.

Tiap alternatif diuji konsekuensi- konsekuensi (outcomes) yang ditimbulkan kemudian dinilai dengan masing-masing kriteria. Sehingga tiap alternatif mempunyai nilai untuk semua kriteria. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan dengan bobot kriteria tersebut dari hasil analisis eigen vektormatriks hubungan relatif nilai kepentingan diatas. Jumlah nilai setelah perkalian ini adalah nilai akhir alternatif tindakan tersebut. Pengambilan keputusan selanjutnya memilih alternatif tindakan yang paling tinggi nilainya.

a)      Kriteria-kriteria Pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan

Adapun kriteria-kriteria yang diguna-kan sebagai bahan pertimbangan pengam-bilan keputusan ini   merupakan hasil dari observasi, interview/wawancara langsung dengan pihak Kepala Dinas, Pejabat Eselon III, dan Pejabat Eselon IV, maupun staf teknis di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan, adalah sebagai berikut:
Ø  Kriteria Kompetensi Penyedia Jasa/ Kontraktor 
Ø  Kriteria Jenis material alam yang akan digunakan sebagai material konstruksi jalan
Ø  Kriteria Kemampuan Dana Anggaran/ Biaya Pemerintah Daerah Kab. Lamongan;
Ø  Kriteria Methode Pelaksanaan
Ø  Kriteria Pengendalian dan Pengawasan
Ø  Kriteria Pasca Pelaksanaan konstruksi

b)      Alternatif-Alternatif jenis konstruksi perkerasan jalan
Berikut ini adalah alternatif-alternatif jenis konstruksi perkerasan jalan yang dapat dipilih oleh pengambil keputusan dan kebijakan  yang dapat diterapkan di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan.
Ø  Konstruksi Laston - Agregat A - Agregat B;
Ø  Konstruksi Laston - Deltu+ Semen(Soil Cement);
Ø  Konstruksi Beton(CBC) - Deltu;
Ø  Konstruksi Laston - Agregat B - Geotextile;
Ø  Konstruksi Laston - Deltu+  Semen(Soil Cement) - Geotextile;

Sedangkan untuk perhitungan biaya menggunakan Panduan analisa harga satuan No.008/BM/2008 oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

4)      Pembuatan Struktur Hierarki Model AHP
Tingkat /hirarki pemilihan jenis konstruksi  adalah ukuran kualitatif untuk menentukan pilihan terbaik alternatif konstruksi jalan berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria yang ada di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan
Tujuan akhir desain pengambilan keputusan dan kebijakan adalah ingin menghasilkan keputusan yang terbaik dalam hal pemilihan jenis konstruksi perkerasan jalan berdasarkan kriteria dan pertimbangan dari para pengambilan keputusan dan kebijakan di Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan.


5)      Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.       Pembobotan Berpasangan (Pairwise Comparison)
Bobot masing-masing level kriteria didapat dari kuesioner yang diisi oleh responden yang memiliki latar belakang pendidikan teknis sipil dan berpengalaman dibidangnya, terdiri dari :Kepala Dinas PU. Kab. Lamongan , Pejabat Teknis Eselon III, dan Pejabat Teknis  Eselon IV di Lingkungan Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan yang mempunyai kewenangan, dan kebijakan mengambil keputusan dalam hal menentukan Jenis Konstruksi Perkerasan Jalan yang akan diterapkan,   penentuan  dilakukan penyebaran kuesioner AHP pada responden. Jumlah responden sebanyak 7 responden. Nilai yang dipakai dalam pembobotan berpasangan ini adalah nilai rata-rata geometri responden yang dibulatkan keatas.Sebagai contoh perhitungan, perbandingan berpasangan matriks pada level kriteria yang didapatkan dari hasil survei adalah skala nilai perbandingan berpasangan berdasarkan goal sebagai berikut: Jika nilai elemen yang dibandingkan sangatdekat satu sama lain, penggunaan skala 1.1, 1.2 hingga 1.9 dapat digunakan.

                              Tabel 2.3   Contoh Matrix Perbandingan Pasangan Hasil Survei

Goal
Kompetensi kontraktor
Material pondasi
Biaya
Metode Kerja
Pengawasan
Pasca konstruksi
Kompetensi kontraktor
1
9
9
7
7
9
Material pondasi
1/9
1
1
1/2
1/3
2
Biaya
1/9
1
1
2
1/3
3
Metode Kerja
1/7
2
½
1
1
4
Pengawasan
1/7
3
3
1
1
2
Pasca konstruksi
1/9
1/2
1/3
¼
½
1
Jumlah
1,61
16,50
14,83
11,75.
10,16
21,00






Jumlah pertanyaan perbandingan berpasangan adalah n(n-1)/2 karena saling berbalikan dan diagonalnya selalu bernilai satu. Responden yang jawabannya tertera pada tabel 4.1 menyatakan bahwa faktor-faktor untuk memilih kompetensi kontraktor sangat penting dibandingkan Jenis pondasi(base course)

Kepentingan relatif dari tiap faktor dari setiap baris dari matrik dapat dinyatakan sebagai bobot relatif yang dinormalkan (normalized relative weight). Bobot relatif yang dinormalkan ini merupakan suatu bobot nilai relatif untuk masing-masing faktor pada setiap kolom, dengan membandingkan masing-masing nilai skala dengan jumlah kolomnya. Eigenvektor utama yang dinormalkan (normalized principaleigen vector) adalah identik dengan menormalkan kolom-kolom dalam matrix perbandingan berpasangan. Ini merupakan bobot nilai rata-rata secara keseluruhan, yang diperoleh dari rata-rata bobot relatif yang dinormalkan masing-masing faktor pada setiap barisnya.Sebagai contoh, bobot relatif yang dinormalkan dari faktor kompetensi kontraktor terhadap biaya dalam tabel 4.1 adalah 9/14,83=0.606, sedangkan bobot relatif yang dinormalkan untuk faktor metode kerja terhadap pengawasan dan pengendalian adalah 1/10,16 =0,098. Tabel 4.2 merupakan hasil perhitungan bobot relatif yang dinormalkan dari contoh tabel 4.1. Eigen vektor utama yang tertera pada kolom terakhir tabel 4.2 didapat dengan merata rata bobot relatif yang dinormalkan pada setiap baris.

Tabel 2.4  Contoh Bobot Relatif dan Eigen Vektor Utama dari Level kriteria
Goal
Kompetensi kontraktor
Material pondasi
Biaya
Metode Kerja
Penga-wasan
Pasca
kon-struk-si
Eigen-vector Utama
Kompetensi kontraktor
0,617
0,545
0,0674
0,5957
0,6885
0,4286
0,5804
Material pondasi
0,068
0,0606
0,0674
0,0426
0,328
0,0952
0,0612
Biaya
0,068
0,0606
0,0337
0,1702
0,0328
0,1429
0,0904
Metode Kerja
0,0882
0,1212
0,2022
0,0851
0,0984
0,1905
0,1028
Pengawasan
0,0882
0,1818
0,0225
0,0851
0,0984
0,0952
0,1252
Pasca konstruksi
0,068
0,0303
0,0225
0,0213
0,0492
0,0478
0,0399
Jumlah
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000


Eigenvektor utama merupakan bobot rasio dari masing-masing faktor. Pada contoh di tabel 4.2,responden tersebut menilai faktor kompetensi kontraktor sebagai faktor utama, pengawasan,metode kerja,biaya,material alam dan pasca konstruksi. Baginya, faktor kompetensi kontraktor adalah 58,04/9,04 = 6,419 kali lebih penting dari factor biaya, dan faktor metode kerja 10,28/3,99 =2,576 kali lebih penting dari pasca konstruksi.





c)         Konsistensi AHP

Jika aij mewakili derajat kepentingan faktor terhadap faktor j dan ajk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap faktor k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan dari faktor i terhadap faktor k harussama dengan aij.ajk atau jika aij.ajk = aik untuksemua i,j,k maka matrix tersebut konsisten. Permasalahan didalam pengukuran pendapat manusia, konsistensi tidak dapat dipaksakan. Jika A>B (misalnya 2 > 1) dan C>B (misalnya3>1), tidak dapat dipaksakan bahwa C>A denganangka 6>1 meskipun hal itu konsisten. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak konsistensi jawaban yang diberikan responden.Namun, terlalu banyak ketidakkonsistensi juga tidak diinginkan. Pengulangan wawancara padasejumlah responden yang sama kadang diperlukan apabila derajat tidak konsistennya besar. Saat telah membuktikan bahwa indekkonsistensi dari matrik berordo n dapat diperoleh dengan rumus 






















BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


    A.Kesimpulan
AHP merupakan metode untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan serta menentukan pilihan yang terbaik untuk mencapai hasil yang maksimal

      B. Saran
Dalam menentukan suatu komponen dari bidang teknik sipil yang meliputi alat dan bahan, pekerja dan yang lainya perlu diperhitungkan dan ditentukan pilihan terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai atau maksimal, dan dalam menentukan itu semua perlu dipahamin  pembelajaran mengenai AHP


DAFTAR PUSTAKA
            Kusrini. (2007). Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis Data. Yogyakarta: Andi Offset